Thursday, April 8, 2021

Tolong! Pandemi Bikin Batik Indonesia Terancam Punah | PT Rifan Financindo

 PT Rifan Financindo  -  Pandemi COVID-19 membuat industri batik jatuh ke titik nadir. Penjualan batik di sentra-sentra batik merosot tajam hingga 75%, dampaknya tak sedikit pula usaha IKM batik tutup karena sudah tak mampu lagi berproduksi.

Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) melaporkan, di Indonesia terdapat 151.656 perajin batik, kini hanya menyisakan 37.914 perajin yang aktif. Artinya, pandemi telah mengurangi jumlah perajin batik di Indonesia sebanyak 113.742 orang atau 75% dari jumlah perajin yang ada sebelumnya.

Lesunya penjualan ini hampir merata terjadi di sentra-sentra batik daerah seperti seperti Pasar Setono (Pekalongan), Pasar Klewer (Solo), Pasar Beringharjo (Yogyakarta), Sentra Batik Trusmi (Cirebon), Pasar Batik 17 Agustus (Pamekasan), Pasar Batik Thamrin City (Jakarta) dan yang lainnya.

"Kawan-kawan di Pekalongan ada sekitar 500 perajin, sekarang hanya 30-an, Solo dari 200 tinggal 5. Sukapura sudah hampir tidak ada pembatiknya, perajinnya memang sedikit ditambah ada pandemi. Makanya saya menyebutkan, kemungkinan bisa terjadi di daerah tertentu membatik bisa hilang, dan terancam punah," ujar Ketua Umum APPBI Komarudin Kudiya saat ditemui di Galeri Batik Komar, Kota Bandung, Kamis (8/4/2021).

Ia mengatakan, ratusan ribu perajin batik yang dirumahkan beralih ke berbagai profesi. Di antaranya menjadi nelayan, buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik kue, pedagang asongan, pekerja serabutan dan yang lainya.

"Yang sangat kami khawatirkan mereka yang memiliki keahlian dengan motorik halus yang sudah terampil, dengan mereka beralih profesi pada akhirnya akan susah lagi mengembalikan pada kondisi keahlian semula. Bahkan bisa jadi tradisi membatik di suatu wilayah tertentu benar-benar hilang," tegas pendiri Batik Komar itu.

Saat ini, para pengusaha dan perajin batik yang masih aktif bertahan dengan mengandalkan penjualan produk daster batik dan kain sarung-sarung batik dengan harga yang menengah. Selain itu, mereka pun mencoba beradaptasi dengan memproduksi masker bercorak batik, meskipun diakui hal itu belum cukup untuk memulihkan industri batik secara maksimal.

APPBI pun, ujar Komarudin, menggaungkan kampanye #SaveBatikIndonesia untuk menyelamatkan batik Indonesia yang terancam punah. Pihaknya pun menggandeng berbagai pihak dalam upaya pelestarian batik.

Gerakan tersebut diawali dengan menyebarkan konten-konten kampanye berupa poster dan video dengan memanfaatkan platform digital, secara terstruktur dan terjadwal melalui perwakilan APPBI di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu, dalam waktu dekat APPBI pun akan melakukan promosi batik di pusat-pusat perbelanjaan strategis. "Dengan adanya kerjasama dan kolaborasi dukungan kampanye 'Save Batik Indonesia' diharapkan akan berdampak pada tergeraknya hati masyarakat dan menumbuhkan kecintaan pada kriya batik-batik Indonesia, sehingga ada keinginan untuk membeli produk-produk batik Indonesia," katanya.


Sumber: Finance.detik

 PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment