Friday, October 14, 2022

Ambisi Kolektif Bangsa | PT Rifan Financindo

 PT Rifan Financindo   -  Sejak awal 2022, kita disuguhi berita intensifnya penjajakan pimpinan partai di Indonesia. Bahkan Koalisi Indonesia Bersatu telah dideklarasikan, walaupun saat ini masih aktif dalam Koalisi Indonesia Maju. Tujuannya jelas, agar dalam hajatan nasional 2024 melewati presidential threshold sekaligus meningkatkan dukungan konstituen dibanding sebelumnya.

Terlihat partai dan figur lebih ditonjolkan. Beragam survei dilakukan oleh beragam lembaga, baik terkait elektabilitas partai, calon presiden dan calon wakil presiden dengan beragam skenarionya. Jarang diskusi publik diarahkan apa visi atau strategi yang ditawarkan agar ambisi kolektif bangsa, Negara Maju 2045, tercapai.


Negara Maju


Menjadi negara maju pada 100 tahun kemerdekaan adalah ambisi kolektif bangsa Indonesia. Secara politik, kekuatannya diakui secara regional dan global. Sosial dan budayanya menjadi salah satu acuan dunia. Pengetahuan dan teknologinya diadopsi dan digunakan di manca negara. Dan, GDP per kapitanya di atas batas minimal negara maju menurut Bank Dunia. Jika pada 2021 batas minimalnya $12,695, pada 2045 bisa mencapai $19,500.


Bila tidak tercapai, maka kita akan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah (middle-income trap). Sebagaimana yang dialami oleh Argentina dan Brazil. Adapun Malaysia sudah 45 tahun sejak memiliki GDP per kapita $1,000 berjuang mencapai status maju. Tahun lalu, China hampir melewati batas minimal negara maju dalam waktu 20 tahun, yakni US$ 12,539. Berkurangnya kemiskinan dan membaiknya gini ratio menunjukkan tanda-tanda kemajuan China.


Tahun lalu GDP per kapita kita masih $4,350. Pertanyaannya, apa visi dan strategi yang ditawarkan pimpinan partai dan figur yang diusung untuk menjadikan Indonesia negara maju?



Menyatukan Energi


Indonesia Maju 2045 sebagai ambisi kolektif bangsa harusnya menyatukan semua energi dan pikiran anak bangsa untuk mewujudkannya. Dibutuhkan komunikasi yang efektif dari pemimpin (dan calon pemimpin) untuk mewujudkannya. Selama ini, komunikasinya sebagian besar abstrak tanpa ukuran yang bisa diikuti oleh publik. Misalnya, kesejahteraan masyarakat akan ditingkatkan.


Berdasarkan sistem kognitif, komunikasi tersebut tergolong meaning-based system. Kata dan konsep yang digunakan mendorong orang berpikir abstrak dengan mengakses data di pikirannya. Kebalikannya, experience-based system mendorong orang untuk berimajinasi dan memvisualisasikannya. Contoh yang disampaikan oleh Presiden JFK agar NASA "mendaratkan manusia di bulan sebelum dekade ini (1960-an) berakhir."


Imajinasi manusia berjalan-jalan di bulan tersebut menjadi imajinasi publik Amerika Serikat sejak pidato di Kongres pada 25 Mei 1961. Dan, akhirnya terjadi pada 20 Juli 1969, ketika Neil Armstrong dan Buzz Aldrin dengan Apollo 11 mendarat di bulan. Mendaratkan manusia di bulan menjadi ambisi kolektif bangsa AS yang berhasil diwujudkan.


Studi Carton dkk (2015, 2022) menemukan bahwa visi yang efektif menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan divisualisasikan oleh publik. Hal ini akan memudahkan persuasi pada publik agar berambisi kolektif yang sama. Ambisi yang akan menyatukan semua tindakan anggota organisasi. Hasil studi menunjukkan visi dengan visualisasi meningkatkan partisipasi pemilih dalam pemilu di Amerika Serikat sebesar 11,3% pada 2016 atau bekerja lebih lama 47,8% untuk mewujudkan visi organisasi.


Kemudian, publik sebagai penerima informasi tergolong menjadi dua, pemikir efisien dan pemikir analitis. Pemikir analitis cenderung mengolah informasi secara kompleks dengan data-data yang dimilikinya secara metodis. Adapun pemikir efisien cenderung menghindari banyak analisis untuk mencernanya. Hasil studi menunjukkan bahwa pemikir yang efisien maupun analitis lebih menyukai visi dengan visualisasi. Efek tersebut semakin superior ketika proyeksi masa depan (temporal projection) digunakan.


Langkah Strategis


Silaturahmi pimpinan partai merupakan langkah strategis untuk mendapatkan partner koalisi. Koalisi yang dibutuhkan agar pemerintahan nantinya berjalan dengan efektif dan efisien. Dukungan dari partner di lembaga eksekutif maupun legislatif menjadi dasarnya. Tentu memenuhi minimum presidential threshold agar bisa mengusung capres dan cawapres menjadi tujuannya. Figur yang akan diusung juga menjadi bagian dari pembicaraan tersebut. Dan, tentunya berbagi tugas (pembagian kekuasaan) bilamana memenangkan Pemilu 2024.


Namun publik juga perlu mengetahui apa visi yang akan disusun dan bagaimana strategi untuk mencapainya. Publik membutuhkan visi dengan visualisasi yang jelas, khususnya pada 2029 Indonesia akan menjadi seperti apa. Misalnya, GDP per kapita Indonesia akan mencapai $8,000 atau ranking PSSI menjadi 30 dunia atau mobil listrik asli (desain, produksi dan merek) Indonesia memiliki pangsa pasar 25% di jalanan domestik.


Dan, yang tidak kalah penting tentunya bagaimana strategi untuk mencapainya. Agar Indonesia memiliki GDP per kapita US$8,000, apa strategi transformasi ekonomi yang perlu dilakukan? Strategi apa yang perlu dilakukan agar seperempat jalanan Indonesia dipenuhi oleh mobil listrik lokal? Semakin dini publik mengetahuinya, semakin mudah penilaian visi dan strategi masing-masing figur maupun partai dilakukan. Hal ini akan menjadikan masing-masing figur atau partai mempersembahkan yang terbaik dalam mewujudkan ambisi kolektif bangsa.


Hal yang sama juga berlaku bagi Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Bagaimana visualisasi Indonesia pada 2024, agar pejabat yang sedang menjabat maupun publik terjaga motivasinya mewujudkan ambisi kolektif yang dijanjikan pada Pemilu 2019.


Badri Munir Sukoco Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga


Sumber :  news.detik

 PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment