Friday, December 1, 2023

Serunya Panen Cabai di 'Kampung Transmigran', Kental Nuansa Gotong Royong

Sekitar pukul 7.00 pagi, beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul di salah satu rumah warga di Kampung Isano Mbias, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan. Mereka datang membawa perlengkapan untuk berkebun seperti caping, cangkul, hingga ember.

Rupanya mereka hendak memanen cabai rawit di kebun milik Fidayat Rahman. Kebun yang ia miliki seluas setengah hektare atau 5.000 meter persegi yang ditanami cabai, daun bawang, dan selederi. Namun, sebagian besar lahan digunakan untuk menanam cabai.

Untuk diketahui, Kampung Isano Mbias merupakan salah satu desa tujuan transmigrasi di era orde baru. Dari total 627 kepala keluarga, hanya 10 kepala keluarga saja yang merupakan penduduk asli Papua. Sehingga kebanyakan warganya merupakan transmigran dari Pulau Jawa. Rata-rata penduduk Kampung Isano Mbias merupakan petani.

Perjalanan menuju kebun milik Fidayat ditempuh hanya 15 menit saja menggunakan motor. Namun di antara mereka ada juga yang menaiki sepeda bahkan uniknya menaiki gerobak traktor agar bisa menampung banyak petani. Setibanya di lokasi panen cabai, makanan perbekalan yang dibawa dalam gerobak traktor dibuka dan disajikan kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang akan memanen cabai.

Nuansa kebersamaan terpancar dari interaksi mereka. Tak jarang pula mereka saling melemparkan candaan. Usai menyantap sarapan pagi itu, mereka langsung terjun ke kebun untuk memetik cabai rawit yang siap dipanen. Cabai yang telah dipetik ditaruh ke dalam ember yang dibawa masing-masing ibu-ibu.

Mereka pun silih bergantian menaruh cabai yang sudah terkumpul di dalam ember ke dalam karung yang sudah disediakan di gubuk. Ember demi ember berdatangan, hingga karung-karung tersebut penuh oleh cabai rawit.

Usai menyantap sarapan pagi itu, mereka langsung terjun ke kebun untuk memetik cabai rawit yang siap dipanen (Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho)

Meski mereka memetik cabai dengan cepat, namun nuansa kebersamaan tak hilang begitu saja. Candaan dan tawa terdengar sesekali saat mereka diburu waktu. Maklum saja, mereka ingin segera menyelesaikan panen agar cabai tak banyak yang membusuk jika berganti hari.

Untuk menggarap lahan seluas 5.000 meter persegi itu, Fidayat memang memberdayakan tetangga sekitar rumahnya agar membantu dalam perawatan hingga memanen cabai yang sudah siap petik. Ia biasanya memberdayakan para ibu untuk memanen, dan para bapak untuk perawatan.

"Untuk saat ini (panen) ibu-ibu, Mas. Kalau untuk bapak-bapaknya mungkin perawatan, seperti mungkin untuk pemupukan, penyemprotan, pembersihan gulma," kata Fidayat belum lama ini kepada detikcom.

Fidayat menerangkan dengan memberdayakan warga sekitar rumahnya, panen cabai bisa dilakukan lebih cepat. Selain itu, ia juga tergerak untuk menolong tetangganya untuk mendapatkan pemasukan tambahan.

"(Ibu-ibu) per hari dikasih Rp 60 ribu, Mas. (Bapak-bapak) lebih tinggi. Kalau bapak-bapak dikasih Rp 70 ribu, Mas," terangnya.

Untuk diketahui, Fidayat merupakan Ketua Kelompok KlasterKu HidupKu 'Barokah Sayur' binaan BRI yang menaungi sekitar 10 petani di desanya. Bergabung sejak enam bulan lalu, Fidayat mengakui banyak manfaat yang ia dapatkan.

Perjalanan menuju kebun milik Fidayat ditempuh hanya 15 menit saja menggunakan motor. Namun di antara mereka ada juga yang menaiki sepeda bahkan uniknya menaiki gerobak traktor agar bisa menampung banyak petani (Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho)

Salah-satu manfaat yang ia dapatkan ialah mendapat pinjaman kredit Kece BRI yang disalurkan melalui mitra UMi. Fidayat mengungkapkan dari pinjaman tersebut ia bisa menambah jumlah bibit tanaman untuk meningkatkan produksi cabai rawit. Awalnya ia menanam sekitar 2.000 bibit pohon. Setelah adanya bantuan modal dari BRI, Fidayat bisa menanam hingga 7.000 pohon cabai.

Belum lama ini Fidayat dan anggota kelompoknya mendapatkan bantuan alat pertanian dari BRI untuk membantu merawat tanaman. Maklum saja, saat pertengahan November lalu, Kabupaten Merauke masih dilanda kemarau dan kekeringan.

Bantuan tersebut di antaranya berupa hand traktor, selang, sejumlah mesin pompa air, dan sejumlah alat semprot tanaman.

"Terima kasih banyak dari kami, Kelompok Tani Barokah Sayur, mengucapkan banyak-banyak terima kasih karena bank BRI sudah memberikan bantuan untuk kita berupa alat tani seperti rotary (hand traktor), alat semprot, dan juga alkon (mesin pompa)," ujarnya.

Fidayat merupakan Ketua Kelompok KlasterKu HidupKu 'Barokah Sayur' binaan BRI yang menaungi sekitar 10 petani di desanya (Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho)

Bantuan yang diberikan BRI untuk kelompok tani Barokah Sayur juga menghasilkan pemberdayaan masyarakat di sekitar rumah Fidayat. Salah satu ibu-ibu yang memanen cabai, Sarmini, mengaku telah membantu Fidayat selama dua tahun belakangan ini.

Ia menjadi buruh panen cabai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Suami Sarmini tidak bekerja karena memiliki kendala dalam penglihatan. Ibu dua anak itu pun banting tulang untuk keluarganya.

"Mas Dayat memberdayakan 10 orang perempuan, (sehingga) mereka punya penghasilan. Kadang dikasih sembako juga. Kalau bagus (hasil panennya) kadang ditambahin," ujar Samini.


Sumber : Finance.detik

No comments:

Post a Comment