Tuesday, December 22, 2020

Emas Dunia Diramal US$ 2.200, Emas Antam kok Makin Ambrol? | PT Rifan Financindo


PT Rifan Financindo  -  Analis dari bank Wells Fargo memprediksi harga emas dunia akan kembali menguat di tahun depan, bahkan mencetak rekor tertinggi terbarunya seiring dengan pasar finansial yang disebut sedang "mabuk" likuiditas.

Meski demikian, harga emas dunia masih ambrol pada perdagangan Rabu kemarin (9/12), setelah membukukan penguatan dalam 5 dari 6 perdagangan sebelumnya. 

Pada perdagangan Kamis kemarin (10), harga emas kembali melemah. Melansir data Refinitiv, pada pukul 17:32 WIB, emas berada di level US$ 1.832,8/troy ons di pasar spot, melemah 0,34%


John LaForge, Kepala Strategi Aset Riil di Wells Fargo, memprediksi pemulihan ekonomi di tahun 2021 akan cukup kuat dengan adanya vaksin virus corona.

Meski demikian, ia melihat suku bunga bunga masih akan rendah dan kebijakan moneter masih longgar, sehingga perekonomian akan banjir likuiditas yang akan mendukung kenaikan harga emas.

"Pasar finansial 'mabuk' akan likuiditas dan para investor seharusnya tidak memperkirakan tahun 2021 pasar finansial akan 'sadar'. Dalam kondisi tersebut, kinerja logam mulia masih akan bagus," kata LaForge, sebagaimana dilansir Kitco.

Artinya menurut LaForge, hingga tahun depan pasar masih akan banjir likuiditas. Maklum saja, pemerintah Amerika Serikat (AS) masih akan menggelontorkan stimulus fiskal guna membantu perekonomian.

Stimulus tersebut diharapkan bisa cair di pekan ini, tetapi hingga saat ini masih belum ada tanda-tandanya. Hal itulah yang membuat harga emas pada perdagangan Rabu kemarin ambrol hingga 1,72% ke US$ 1.839,11/troy ons.

Meski demikian, cepat atau lambat stimulus tersebut pada akhirnya akan cair, sehingga perekonomian dan pasar finansial akan kembali banjir likuiditas.

Selain itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai pemangku kebijakan moneter, sudah mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga < 0,25% hingga tahun 2023, dan ada peluang nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) akan ditambah. Alhasil, "mabuk" likuiditas memang masih akan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

"Masih banyak uang yang akan dicetak, dan itu bagus untuk emas dan perak," kata LaForge.

Tetapi tidak hanya stimulus moneter yang akan membawa emas kembali menguat, ia juga melihat tahun 2020 sebagai awal siklus bullish emas.

LaForge memprediksi di akhir tahun 2021, emas akan menyentuh US$ 2.100 hingga US$ 2.200/troy ons.

Stimulus fiskal serta stimulus moneter merupakan bahan bakar bagi emas untuk menanjak, sehingga belum pastinya kapan stimulus tersebut akan cair membuat emas merosot pada Rabu dan Kamis setelah membukukan penguatan dalam 5 dari 6 perdagangan sebelumnya, dengan total 5,3%.

Selain itu, belum pastinya stimulus fiskal membuat bursa saham AS juga merosot, alhasil dolar AS yang selama ini tertekan kembali naik. Indeks dolar AS pada Rabu menguat 0,13% ke 91,087.

Kenaikan indeks dolar tersebut juga menekan harga emas. Emas dibanderol dengan dolar AS, saat the greenback menguat, maka harga emas akan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berisiko menurun.

Meski demikian, ke depannya dolar AS diprediksi masih akan melemah, bahkan hingga 2 tahun ke depan.

Hasil survei terbaru dari Reuters terhadap 72 analis menunjukkan, sebanyak 39% memprediksi dolar AS akan melemah hingga 2 tahun ke depan. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan prediksi lainnya. Sebanyak 10% bahkan memperkirakan dolar AS masih akan melemah lebih dari 2 tahun ke depan.

Sementara itu, 15% melihat pelemahan dolar AS hanya akan berlangsung kurang dari 3 bulan dan setelahnya mulai bangkit. 14% meramal pelemahan berlangsung kurang dari 6 bulan, dan 22% lainnya kurang dari 1 tahun.

Artinya, semua analis memprediksi dolar AS masih akan melemah, setidaknya hingga 3 bulan ke depan, sehingga tekanan terhadap emas akan berkurang, bahkan berpeluang naik kembali.

Dari dalam negeri, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. merosot pada perdagangan Kamis kemarin (10/12/2020) hingga ke bawah Rp 900.000/gram.

Harga emas dunia yang turun pada perdagangan Rabu waktu setempat turut menyeret turun emas Antam.

Melansir data dari situs resmi milik Antamlogammulia.com, emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan ambrol 1,1% ke Rp 89.812.000/batang atau Rp 898.120/gram.


Sementara itu emas Antam satuan 1 gram dibanderol Rp 956.000/batang, merosot 1,04% dibandingkan harga Selasa lalu. Sepanjang pekan lalu, hingga Selasa (8/12/2020), logam mulia ini melesat 2,55%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sumber: markt.bisnis

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment