Friday, December 9, 2022

Chatib Basri: AS Harus Resesi Demi Turunkan Inflasi | PT Rifan Financindo

 PT Rifan Financindo   -  Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute Muhammad Chatib Basri, mengatakan bahwa Amerika Serikat memerlukan resesi untuk menurunkan inflasi yang tinggi.

Hal itu melihat dari data beveridge curve yakni ketidakseimbangan antara tingkat lowongan pekerjaan yang tinggi, sedangkan tingkat penganggurannya rendah.

“Yang menarik dari beverage curve di Amerika Serikat adalah bahwa lowongan pekerjaannya itu besar sekali walaupun unemployment sudah rendah. Artinya bahwa ada pekerjaan yang ditawarkan tapi orangnya tidak ada,” kata Chatib Basri dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).

Hal itu bisa terjadi lantaran terjadi ketidakcocokan. Sebab, lowongan pekerjaan tersebut meminta orangnya hadir langsung ke tempat kerja. Sementara, orang itu menginginkan pekerjaan yang remote alias tidak perlu datang ke tempat kerja.

“Yang terjadi akibat dari Mismatch karena yang diminta mungkin pekerjaan yang membutuhkan orangnya hadir in person, tetapi yang bersedia bekerja memilih untuk remote,” ujarnya.

Menurut dia, di dalam kondisi ini maka implikasinya adalah walaupun tingkat pengangguran di Amerika sudah rendah 3,7 persen, tetapi lowongan pekerjaan yang diminta itu masih jauh lebih besar.

“Bisa dibayangkan kalau yang minta tenaga kerja itu banyak sementara supply-nya tidak ada, maka akibatnya upahnya akan naik kalau upahnya naik maka inflasi di Amerika akan naik,” ujarnya.

Harus Resesi

Orang-orang menelusuri pakaian yang dijual di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan


Oleh karena itu, kata Chatib, Mantan Menteri Keuangan di Amerika Serikat Larry Summers mengatakan tampaknya Amerika membutuhkan resesi ekonomi untuk menurunkan inflasinya.

“Beberapa bulan lalu di dalam sebuah meeting dia mengatakan bahwa untuk mengatasi inflasi di Amerika dibutuhkan resesi. Karena itu Summers menganjurkan supaya The FED menaikkan bunga dengan agresif, dan inilah yang dilakukan,” ujarnya.

Walaupun lowongan pekerjaan terbuka luas di Amerika Serikat, kata dia, akan menyebabkan upah naik sangat tinggi. Maka, mau tidak mau dibutuhkan pengangguran yang relatif besar untuk membuat inflasinya turun.

“Implikasi yang disampaikan Summers saya kira inflasi di Amerika bakal bertahan untuk periode yang agak panjang. Karena itu kemungkinan yang terjadi adalah bahwa The Fed memang mungkin akan melakukan perlambatan dari kenaikan bunganya, tetapi membutuhkan waktu yang agak panjang sebelum the Fed bisa menurunkan tingkat bunga. Tentu punya implikasi terhadap ekonomi berbagai negara,” pungkasnya. 


Sumber : liputan6

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment