Thursday, January 12, 2023

Latar Belakang Berdirinya NU yang Kini Berusia 1 Abad | PT Rifan Financindo


PT Rifan Financindo  -   Organisasi Islam, Nahdlatul Ulama (NU), genap berusia 1 abad pada tahun ini. Ada beberapa aspek yang menjadi latar belakang berdirinya NU.

NU sebagai sebuah jam'iyah diniyah didirikan jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Sejarah mencatat, NU berdiri pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H silam.

Latar Belakang Berdirinya NU
Mengutip buku Pendidikan Ke-Nu-an karya Nur Cholid, NU didirikan oleh para ulama Ahlusunnah wal Jama'ah atau para pengasuh pesantren yang didukung oleh kaum pesantren. Latar belakang berdirinya NU tak lepas dari sosok dua tokoh besar, yakni KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah.

Dijelaskan, NU didirikan atas dasar keinsyafan bahwa setiap manusia hanya dapat memenuhi kebutuhannya apabila bersedia hidup di masyarakat. Sejak pendiriannya, NU bertujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan, dan mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlusunnah wal Jama'ah dengan menganut salah satu mazhab yang empat.

Selain itu, tujuan didirikannya NU adalah untuk mempersatukan langkah para ulama dan para pengikutnya serta melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat serta martabat manusia.

Menurut buku Muqaranah Madzahib karya Ahmad Musadad, latar belakang berdirinya NU juga berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Dalam Anggaran Dasarnya yang pertama (1927), disebutkan bahwa NU bertujuan untuk memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu madzhab empat.

Pada 31 Januari 1926 tepatnya di Surabaya, KH Hasyim Asy'ari dan sejumlah tokoh ulama lainnya mendirikan NU. Disebutkan dalam buku Dinamika Sejarah NU dan Tantangannya Kini karya Muhammad Hafiun dan A. Yusrianto, pemilihan nama 'Nahdlatul Ulama' bukan kebetulan tetapi membuktikan betapa penting dan khasnya kedudukan ulama dalam organisasi ini.

Ada pendapat lain yang menyebut bahwa ide untuk mendirikan NU sebenarnya datang dari KH Abdul Wahab Hasbullah. Pada saat itu, KH Abdul Wahab Hasbullah menemui KH Hasyim Asy'ari untuk mendirikan sebuah jam'iyah. Namun, KH Hasyim Asy'ari belum mau menyetujuinya sebelum melakukan salat istikharah.

Gagasan KH Abdul Wahab Hasbullah ini disebut juga berangkat dari komitmennya untuk mendirikan sebuah wadah atau organisasi yang lebih memperhatikan keberadaan kaum tradisional.

Sosok KH Hasyim Asy'Ari
KH Hasyim Asy'ari memiliki nama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy'ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 14 Februari 1871 M atau bertepatan dengan 12 Dzulkaidah 1287 H.

Dalam catatan detikcom, KH Hasyim Asy'ari lahir dan besar di lingkungan pesantren. Ayahnya, KH Asy'ari merupakan pendiri Pesantren Keras yang ada di tanah kelahirannya. Sementara itu, kakeknya merupakan pendiri dan pengasuh Pesantren Gedang.

Bahkan kakek buyutnya yang bernama Kiai Sihah telah dikenal luas sebagai pendiri dan pengasuh Pesantren Tambak Beras, Jombang. Diketahui pondok pesantren milik kakeknya merupakan pondok populer yang menjadi pusat santri-santri Jawa di akhir abad ke-19.

Semasa hidup, Mbah Hasyim, begitu sapaan akrabnya di kalangan nahdliyin, banyak menghabiskan waktu untuk belajar di pesantren. Hal tersebut tidak lain karena ia lahir dari kalangan kiai tradisional yang kental dengan dunia pesantren.

Tokoh center NU ini dikenal dengan ketidakpuasannya dalam mencari ilmu. Bahkan tak sedikit yang menjulukinya sebagai "hamba ilmu". Mbah Hasyim telah melahirkan pemikiran-pemikiran besar dalam bidang pendidikan, keagamaan, teologi, dan tarekat.

Di antara karya-karya besarnya yang menjadi rukukan dalam penyebaran ilmu agama antara lain Kitab At-Tibyan fi al-Nahy 'an Muqatha'at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan, Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam'iyyat Nahdlatul Ulama, Risalah fi Ta'kid al-Akhdzi bi Mazhab al-A'immah al-Arba'ah, dan Mawaidz.

Kemudian Arba'ina Haditsan Tata'allaqu bi Mabadi' Jam'iyyat Nahdlatul Ulama, Al-Tanbihat al-Wajibat Liman Yushna' al-Maulid bi al-Munkarat, Adab al-'Alim wa al-Muta'alim fi ma Yanhaju Ilaih al-Muta'allim fi Maqamati Ta'limihi, dan Risalah Ahl as-Sunnah wa al-Jamaah fi Hadts al-Mauta wa Syuruth as-Sa'ah wa Bayani Mafhum as-Sunnah wa al-Bid'ah.

Peringatan Harlah 1 Abad NU
Perhitungan peringatan hari lahir (Harlah) 1 Abad NU ini mengacu pada kalender Hijriah. Adapun, 1 Abad tersebut akan jatuh pada 16 Rajab 1444 H yang bertepatan dengan 7 Februari 2023.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan menjelang Harlah 1 Abad NU yang dimulai sejak Oktober 2022 lalu dan puncaknya pada 7 Februari 2023.

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya menginformasikan bahwa ada beberapa event besar yang akan digelar di beberapa kota di Indonesia. Presiden Jokowi juga dikonfirmasi akan menghadiri acara ini.

"Presiden Jokowi, beliau mengatakan berkenan hadir di 3 event besar NU," ujar Gus Yahya saat menggelar press conference di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (6/1/2023).

Sumber : Market.bisnis

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment