Friday, January 27, 2023

Menerawang Kenaikan Suku Bunga Acuan: Berani Sampai Berapa, BI? | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo  -   Awan gelap tengah menyelimuti ekonomi dunia. Diprediksikan 2023 ini akan dipenuhi tantangan besar dan ketidakpastian, hingga sederet negara diramal akan jatuh ke jurang resesi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mewanti-wanti, pertumbuhan ekonomi global 2023 akan melambat. Pertumbuhan ekonomi direvisi dari yang semula 2,6% turun menjadi 2,3%.

Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh potensi resesi di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Inggris. Didorong pula oleh China yang belakangan kembali memberlakukan kebijakan lockdown akibat COVID-19.

"Tetapi kita memiliki harapan tertentu pada akhir tahun 2024, (pertumbuhan ekonomi) kita akan kembali menjadi 2,8%," ujar Perry, dalam Bank Indonesia Annual Investment Forum 2023, Kamis (26/1/2023).

Tidak hanya itu, Perry juga memperingatkan, inflasi di tahun ini dapat menyentuh angka 5,2%. Meski turun dari tahun lalu yang mencapai 9,2%, menurutnya angka tersebut masih terbilang tinggi.
-ADVERTISEMENT-

Inflasi AS diprediksikan akan turun ke 3,1%, disusul dengan Eropa yang turun di 3,6%. Meski demikian, Perry memperkirakan, penurunan belum akan terjadi di awal tahun ini.

Demi meredam inflasi, Perry mengatakan, negara-negara seperti AS hingga Eropa masih akan menaikkan suku bunga acuannya. Kondisi ini membuat ia memperkirakan suku bunga acuan akan bertahan pada posisi tinggi dalam kurun waktu yang lama.

"Kami memperkirakan tingkat suku bunga The Fed menyentuh 5,25%. Tetap kita masih belum bisa memastikan apakah akhir tahun ini Fed Fund Rate dipangkas menjadi 5%. Jadi kami masih menghitung 5,25% sepanjang tahun," katanya.

RI Bakal Ikut Kerek Suku Bunga?
Sementara untuk Bank Indonesia sendiri, Perry mengatakan, pihaknya telah menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sejumlah 225 basis poin (bps) dari Agustus 2022 hingga Januari 2023.

Terakhir, BI menaikkan BI7DRR sebanyak 25 bps, hingga menyentuh angka 5,75% beberapa hari lalu. Perry tidak dapat menyebut apakah kenaikan ini sudah mencapai puncaknya alias mentok. Namun menurutnya, jumlah ini sudah cukup memadai.

"Kami tidak menggunakan istilah puncak atau sementara. Kami menggunakan istilah memadai. Kami menurunkan asumsi kami, perkiraan kami. Dan kenaikan 225 bps itu sudah cukup. Jika tidak ada kejadian yang tidak terduga, maka ini cukup," katanya.

Ia juga tetap optimis bahwa kinerja ekonomi RI akan bertumbuh positif, jauh melebihi target sebelumnya. Perry memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi RI di 2023 akan mencapai angka 4,5-5,3%, dengan baseline di 4,9%. Ia yakin target ini akan tercapai dengan dorongan dari pergerakan mobilitas domestik pasca pencabutan PPKM.

"Konsumsi swasta meningkat sekarang. Kalau ini bisa kita atur, maka konsumsi swasta dalam negeri kita akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi lagi dari 4,9% menjadi 5%," ujar Perry.

Atas dasar fundamental ekonomi RI yang terus menguat, Perry optimis, inflasi RI akan jauh menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Ia memastikan, inflasi akan berada di bawah angka 4%.

"Tahun ini kami akan memastikan inflasi inti akan berada di bawah 4%, sesuai Target kami. Lebih cepat dari yang kami harapkan dan kami inginkan sebelumnya. Kami berjanji inflasi inti akan di bawah 4%," ucap Perry.

Perry memproyeksikan angka inflasi RI di 2023 ini jauh di bawah prediksi global yang masih di atas 5%. Skenario dasar atau baseline BI untuk inflasi 2023 ini sebesar 3,6%, dengan perkiraan tertingginya mencapai 3,7%.

"Kita bersyukur dibandingkan dengan inflasi global 5,2% tahun ini, dan dibandingkan dengan negara lain. Begitu banyak yang bisa kita syukuri di Indonesia," ujarnya.


Sumber : news.detik 

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment