PT Rifan Financindo - Jumlah pekerja gig di Amerika Serikat (AS) makin banyak. Misalnya yang memanfaatkan aplikasi Uber, Lyft, Doordash, dan Instacart. Diperkirakan ada jutaan orang yang masuk dalam gig economy.
Pekerja gig dapat diartikan sebagai orang yang melakukan pekerjaan secara tidak terikat dan bisa mengatur waktu kerjanya sendiri, freelancer atau pekerja harian lepas, dan umumnya bekerja di bidang jasaData pemerintah soal kelompok pekerja ini mungkin sulit didapat. Terakhir kali Biro Statistik Tenaga Kerja AS merilis data resminya adalah pada 2017. Namun banyak ahli menilai jumlah pekerja gig terus bertambah dan berdampak pada perekonomian.
Lazarus Limo misalnya, yang memanfaatkan aplikasi Uber dan DoorDash untuk mendulang uang. Di hari kerja, ia menjadi sopir taxi online Uber, mengantar penumpang ke tujuan atau mengantar makanan ke pelanggan. Ia mengaku bisa menghasilkan US$ 200-300 dan bekerja selama 8-10 jam.
"Saya biasanya memasang target minimum yang ingin saya dapat. Setelah target tercapai, saya berhenti," katanya kepada CNN, Rabu (26/7/2023).
Di akhir pekan, Limo yang berusia 28 tahun bekerja sebagai dasher. Dasher bertugas mengantarkan makanan untuk pengguna aplikasi DoorDash.
Lowongan yang mudah diakses lewat ponsel dinilai membantu menekan angka pengangguran di AS. Hal itu juga membantu masyarakat terhindar dari kebangkrutan, khususnya bagi mereka yang sebelumnya kehilangan pekerjaan.
"Orang yang memiliki akses ke gig economy, jumlah utangnya lebih sedikit dari pada yang tidak. Ini bisa dianggap sebagai alternatif bagi sebagian orang, sebagai cara melewati masa-masa sulit," kata Louis Hyman, seorang profesor tenaga kerja dan bisnis di Universitas Cornell.
Diperkirakan jutaan orang berhasil mendapatkan uang dari platform online. Selama pandemi COVID-19, platform digital seperti DoorDas, Uber Eats melonjak popularitasnya. Masyarakat memilih berlindung di rumah dan memanfaatkan jasa pengiriman online.
Data terbaru menunjukkan jumlah orang yang bekerja di platform semacam itu terus bertambah. Makalah yang diterbitkan oleh University of Chicago pada bulan Mei menyebut jumlah orang yang melaporkan pajak ke badan pajak meningkat.
Dari sebelumnya satu juta pekerja, lalu menjadi hampir lima juta. Hal ini menjadi indikasi jelas tentang banyaknya orang yang menggunakan platform teknologi untuk mencari nafkah.
Sumber : Finance.detik
PT Rifan Financindo
No comments:
Post a Comment