Thursday, February 21, 2019

API Catat Kenaikan Minyak Mentah di Bawah Perkiraan, WTI Menguat | PT Rifan Financindo


PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah  menguat setelah laporan industri menunjukkan penurunan persediaan bahan bakar AS dan peningkatan pasokan minyak mentah di bawah diperkirakan analis. West Texas Intermediate untuk pengiriman Maret, yang berakhir Rabu, menguat 0,83 poin ke level US$56,92 per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi sejak 12 November.

Baca juga: OPEC Tambah Bukti Pengurangan Produksi, WTI Lanjutkan Reli

Kontrak April yang lebih aktif naik menjadi US$ 57,28 per barel pada pukul 16.45 di New York setelah menetap di level US$57,16.

Sementara itu, minyak mentah patokan global, Brent, untuk konttrak April menguat 0,63 poin ke level US$67,08 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Baca juga: 4 Pembangkit Listrik Milik PLN Siap Gunakan B100

Dilansir Bloomberg, minyak mentah menguat pada hari Rabu setelah American Petroleum Institute melaporkan persediaan bensin domestik turun 1,55 juta barel pekan lalu, sementara persediaan minyak distilat turun 758.000 barel.

API juga mencatat cadangan minyak mentah naik 1,26 juta barel, di bawah proyeksi analis dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan 3,1 juta barel.

"Kenaikan minyak mentah secara keseluruhan sedikit kurang dari perkiraan. Pada saat yang sama, penurunan cadangan bensin dan minyak distilat menopang harga," kata Kyle Cooper, konsultan di ION Energy, seperti dikutip Bloomberg.

Minyak ditutup pada level tertinggi sejak November karena kekhawatiran yang berkembang mengenai pasokan di Venezuela menambah keyakinan terhadap rencana penurunan pasokan global oleh OPEC dan mitranya.

Minyak mentah telah naik lebih dari 25% tahun ini di New York setelah OPEC dan sekutunya bekerja untuk memangkas produksi. Namun, perang perdagangan AS-China yang sedang berlangsung terus mengancam pertumbuhan ekonomi global serta permintaan.

Di AS, produksi minyak mentah tetap pada kisaran 12 juta barel per hari. WTI juga masih sekitar US$20 lebih rendah dari level tertinggi yang dicapai pada awal Oktober.

Komite Teknis Gabungan OPEC+ menilai kepatuhan dengan pembatasan produksi kelompok mencapai 83% pada Januari, bulan pertama dari kesepakatan, sementara Arab Saudi dan Rusia telah mengisyaratkan mereka akan meningkatkan pemotongan output.

Sementara itu, perlawanan Nicolas Maduro untuk mengalah pada tekanan terhadap rezimnya menandakan gejolak di Venezuela mungkin berlanjut. "Pasar tampak seperti mengangkat kepalanya ketika minyak mendorong menembus level tertinggi kemarin," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy. “Reli minyak mentah tampaknya sebagian besar didorong oleh gagasan bahwa pengurangan produksi oleh OPEC dan Rusia mulai benar-benar muncul dan sanksi yang keras terhadap Venezuela menambah prospek pasokan yang diperketat," lanjutnya.

Sumber: market.bisnis

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment