Friday, November 4, 2022

Kena Mental, Remaja Makin Banyak Alami Gangguan Jiwa | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo -   Masalah kesehatan mental sudah sering jadi tranding topic di media sosial. Para remaja juga sudah mulai menyuarakannya. Sebab, kena mental alias kesehatan mentalnya terganggu, dapat berdampak pada cara seseorang dalam menangani sesuatu.

Misalnya dalam penanganan stres, relasi dengan orang lain, bahkan dalam memicu adanya hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Beberapa pekan lalu, kasus bunuh diri salah satu mahasiswa di Yogyakarta sempat menghebohkan masyarakat.

Keputusan yang dilakukan korban tersebut diduga dilatarbelakangi adanya permasalahan kesehatan mental. Saat itu pihak Kepolisian menemukan surat terkait hasil pemeriksaan psikologi TSR dari Rumah Sakit JIH Sleman di dalam tas milik korban.

Peristiwa tersebut jadi satu di antara kasus bunuh diri yang terjadi pada remaja sekaligus menambah pentingnya penanganan kesehatan mental di Indonesia.

Projects Leader dan Founder Emotional Health for All (EHFA) Sandersan Onie atau Sandy menyatakan terdapat sejumlah faktor yang melatarbelakangi tingginya remaja yang dinyatakan mengalami gangguan kesehatan mental. Selain faktor biologis dan genetik, lingkungan mempunyai andil yang cukup besar. Menurut dia, remaja saat ini tumbuh dalam lingkungan yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

Misalnya tingginya kompetensi, perkembangan ekonomi dan kesehatan yang fluktuatif. Bahkan beberapa tahun terakhir semua masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dengan situasi yang baru saat pandemi Covid-19. Di mana lingkup aktivitas dan bersosialisasi secara tatap muka sangat terbatas.

Menurut Sandy, peningkatan tersebut terjadi secara global tak hanya di Indonesia. Peningkatan tersebut kata dia bukan karena lebih mudah dalam mendeteksi, namun dari segi keparahan yang terjadi. Bahkan data terbaru menunjukkan jika 1 dari 8 orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa yang cukup parah.

"Kita kalau sudah sampai masuk rumah sakit berarti sudah parah kan, nah itu sekitar 7 tahun lalu orangnya sekitar 260 anak per 100 ribu orang. Jadi 260-270 orang itu dalam kategori remaja. Sekarang angka itu meningkat melebihi 350, jadi memang gejala depresi dari gangguan jiwa yang dialami oleh remaja itu meningkat pesat," kata Sandy kepada Liputan6.com


INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak


Peningkatan Jumlah Percobaan Bunuh Diri

Selanjutnya, berdasarkan analisis data yang ada, Sandy menyebut kasus bunuh diri remaja di Indonesia minimal empat kali lipat dari dari data yang terlapor. Karena hal itu, Indonesia salah satu negara dengan laporan kasus bunuh yang rendah. "Dan lebih dari itu angka percobaan bunuh diri bahkan jauh lebih besar antara 7-24 kali lipat dari angka kematian bunuh diri," ucapnya.

Sementara itu Sandy menilai terdapat beberapa indikator yang menjadikan tantangan permasalahan kesehatan mental di Indonesia. Pertama yaitu stigma yang diterima dari lingkungan sekitar.

Menurut dia, dorongan dan kecenderungan untuk melakukan bunuh diri pada orang yang mengalami gangguan mental diakibatkan karena adanya stigma dan diskriminasi oleh masyarakat.

Kemudian belum memadainya sistem pendataan hingga infrastruktur mengenai penanganan kesehatan mental. "Sehingga orang di Indonesia baik itu Depresi, anxiety, atau punya kecenderungan bunuh diri, mereka jarang sekali mau cerita ke orang-orang," ujar dia.


Sumber :  liputan6 

PT Rifan Financindo

No comments:

Post a Comment