Monday, August 21, 2023

Yield Obligasi AS Tertinggi 16 Tahun, Ini Efek Ngerinya ke RI | PT Rifan



PT Rifan  -   Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) alias US Treasury tenor 10 tahun kembali melonjak ke atas 4,3% pada Kamis (17/8/2023) waktu setempat. Laju yield kenaikan tertinggi sejak akhir 2007 tersebut bisa menjadi masalah buat pasar saham.

Aksi jual di pasar obligasi, yield naik seiring harga turun, terjadi pula di pasar Eropa, di mana yield obligasi pemerintah Inggris atau gilt yield menyentuh level tertinggi sejak 2008 dan obligasi Jerman menyentuh level yang belum pernah terjadi sejak 2011 lalu.

Bank sentral negara-negara utama tersebut tetap mempertahankan sikap hawkish soal suku bunga bahkan ketika tekanan inflasi mulai mereda. Hal ini membuat investor khawatir bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan bank sentral lainnya tidak mungkin membiarkan suku bunga turun dalam waktu dekat.

Seiring dengan itu, suku bunga obligasi yang hampir bebas risiko tersebut (US Treasury, misalnya) yang lebih tinggi tersebut mengurangi premi yang dapat diharapkan investor dari aset berisiko macam saham. Alhasil, premi yang berkurang menjadikan aksi beli saham kurang menarik.

Apalagi, seperti catatan Barron's, valuasi indeks acuan SP& 500 sudah terbilang mahal di tengah volatilitas pasar saat ini.

Sayangnya untuk pasar saham, tampaknya cukup sulit menghentikan yield Treasury terus bergerak lebih tinggi, terutama karena risalah hawkish dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/ OMC) bulan lalu berbenturan dengan ekspektasi Wall Street bahwa siklus kenaikan suku bunga ini seharusnya sudah akan mereda.

Wakil Presiden Strategi Suku Bunga di BMO Capital Markets Benjamin Jeffery mencatat, untuk yield tenor 10 tahun, "Level support sebenarnya yang harus dipantau hari ini adalah 4,335% yang merupakan tanda siklus yield-tinggi dari Oktober tahun lalu."

Kenaikan yield Treasury memang membebani pasar saham. Ini terlihat dari indeks Nasdaq Composite yang padat saham teknologi turun 1,2 persen pada Kamis (17/8) waktu AS. Sementara indeks saham blue-chip S&P 500 ambles 0,77% dan Dow Jones minus 0,84%.

Sebelumnya, indeks Stoxx Europe 600 di seluruh kawasan Eropa ditutup turun untuk hari ketiga berturut-turut, turun 0,9 persen, sementara CAC 40 Prancis melorot 0,9 persen dan Dax Jerman terkoreksi 0,7 persen.

"Tidak masalah apakah Anda berpikir The Fed akan atau tidak akan melanjutkan kecondongan [soal suku bunga] dalam risalah Fed," kata Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management kepada Financial Times, Kamis (17/8).

"Faktanya adalah," lanjut Stephen, "imbal hasil tenor 10 tahun melonjak dan dalam buku pedoman modern untuk pasar saham, itu adalah berita buruk." imbuhnya.


IHSG Terdampak

Pasar saham Asia, termasuk, Indonesia juga tidak imun dari sentimen negatif tersebut. Bursa saham Asia kembali ambles untuk kali ketiga hari beruntun. Kabar yield yang meninggi dan gonjang ganjing sektor properti dan real estat China membawa hawa negatif di kawasan Asia.

Bursa Hong Kong tercatat menjadi yang paling terdampak dengan Hang Seng anjlok 2,05% pada Jumat (18/8/203). Shanghai Composite Index turun tajam 1,00%, Nikkei 225 Index (Tokyo) turun 0,55%, Straits Times Singapura melorot 0,76%.

Selain soal yield, ambruknya pasar saham Asia disebabkan oleh berita raksasa real estate China Evergrande yang telah mengajukan perlindungan kebangkrutan di pengadilan kebangkrutan AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merosot 0,59% ke 6.859,91, meninggalkan level psikologis 6.900. IHSG melanjutkan penurunan 0,21% pada Rabu (16/8).

Aksi jual bersih (net sell) investor asing dalam seminggu terakhir, yang mencapai Rp1,91 triliun di pasar reguler, dan Rp909,76 miliar dalam sebulan, menjadi penanda tekanan jual yang terjadi di pasar saham RI akhir-akhir ini.

Minimnya katalis positif, dan terus dibayangi sentimen negatif global, membuat langkah IHSG masih berat. Bahkan, bertahan di atas level psikologis 6.900 pun masih sangat sulit.



Sumber : 

PT Rifan

No comments:

Post a Comment