Tuesday, February 13, 2024

Kenapa Penjualan Rokok dan Kopi Laris Manis di Tahun Politik?

Penjualan rokok dan kopi tercatat mengalami peningkatan di tahun politik, yakni musim kampanye pemilu dan pilkada. Produsen rokok dan kopi biasanya kebanjiran pesanan pada momen-momen tersebut.
Seorang produsen rokok bernama Rosalina mengatakan produksi rokok di pabriknya, PT Mustika Tembakau Indonesia mengalami peningkatan 10% dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Peningkatan ini terjadi sejak musim kampanye pada November 2023.

Kalau bukan musim pemilu, biasanya dia memproduksi sekitar 400 dus rokok per minggu, namun kini sekitar 500 dus. Rosalina ingin memastikan pabriknya di Sidoarjo bisa memenuhi permintaan tersebut.


"Satu dus berisi sekitar 500 bungkus rokok," katanya dilansir CNA, Selasa (13/2/2024).

Bahkan pada pemilu sebelumnya, permintaan terhadap produk rokok milik Rosalina meningkat sebesar 30%. Meski demikian, ia menyatakan tidak selalu mudah untuk memenuhi permintaan tersebut karena mengalami kendala dalam mendapatkan bahan baku.

Kali ini, ia mencoba mencegahnya dengan mengamankan sebanyak mungkin tembakau sebelum kampanye dimulai pada bulan November.

Sementara itu, petani dan produsen kopi Tarmuji di Pasuruan, Jawa Timur, juga mengklaim bahwa pada pemilu sebelumnya, kopi buatan lokal Alas Pinggan mengalami peningkatan penjualan hingga 30% dari biasanya 350 ton per tahun.

"Ketika ada permintaan yang lebih tinggi, kami para petani harus menanam lebih banyak kopi agar dapat memasok lebih banyak," kata Tarmuji.

Dia menjalankan usaha kopi skala kecilnya bersama petani lain, dan pada pemilu terakhir tahun 2019, mereka memperoleh sekitar Rp 7,2 miliar rupiah per tahun. Saat ini, hingga bulan Januari, mereka telah melihat peningkatan penjualan sebesar 10% namun belum dapat menghitung berapa keuntungan yang mereka peroleh.

Alasan Permintaan Rokok dan Kapi Meningkat di Pemilu
Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur, Adik Dwi Putranto mengatakan permintaan barang-barang seperti rokok meningkat selama masa kampanye menjelang pemilu karena biasanya banyak pertemuan.

"Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia berkumpul karena para kandidat ingin mempromosikan agendanya. Dan beberapa barang yang biasanya disajikan dalam pertemuan tersebut adalah rokok," kata Adik.

Sedangkan untuk kopi, kata Adik, permintaan ikut meningkat karena adanya kultur orang Indonesia yang sering mengonsumsi rokok bersamaan dengan kopi. "Karena rokok dikonsumsi bersamaan dengan kopi. Jika Anda merokok tetapi tidak minum kopi, rasanya kurang enak," katanya.

Di sisi lain, Ketua Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Jawa Timur Sulami Bahar mengatakan para calon legislatif bahkan mengajukan permintaan khusus ke pabrik rokok skala kecil saat pemilu. Sebagai produsen rokok sendiri, kali ini ia juga menerima permintaan seperti itu.

"Mereka ingin kami membuat bungkus rokok dengan gambar mereka untuk dibagikan kepada calon pemilih," katanya,

Catatan Produksi Rokok di Pemilu 2019
Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan, selama musim kampanye, yang dimulai dari September 2018 hingga April 2019, produksi rokok rata-rata mencapai 29,6 miliar batang setiap bulannya. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 24,36 miliar batang per bulan.

Lalu berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada tahun pemilu 2019, konsumsi kopi mencapai 335.540 ton dibandingkan tahun 2018 sebanyak 314.365 ton.

Ketua asosiasi industri minuman ringan Indonesia (ASRIM), Triyono Prijosoesilo berharap pemilu ini akan berdampak positif pada industri minuman ringan. "Pada pemilu-pemilu sebelumnya, memang terjadi peningkatan penjualan saat kampanye," ujarnya.

"Dan tahun ini unik karena juga akan ada pilkada (November). Tetapi menurut kami dampak positif terbesar akan datang dari pemilihan presiden karena ini lebih besar," jelasnya.
Sumber : Finance.detik

No comments:

Post a Comment