Monday, August 26, 2019

Siap-siap! Harga Emas Antam & Dunia Bakal Rekor Baru Lagi | PT Rifan Financindo

Siap-siap! Harga Emas Antam & Dunia Bakal Rekor Baru Lagi

PT Rifan Financindo  - Harga emas global dan Antam (emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk/ANTM) pekan ini berpotensi reli dan cetak harga tertinggi baru sejak April 2013. 

Hubungan dagan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin memanas membuat logam mulia tersebut semakin diburu investor. Ketakutan akan terjadinya resesi di AS dan perlambatan ekonomi global membuat para investor memburu logam mulia ini sebagai safe haven. 

Data emas pada penutupan pasar keuangan global hingga akhir pekan lalu menunjukkan, harga emas di pasar spot dan harga kontrak emas di pasar New York Mercantile Exchange, Inc (Comex) kompak menembus rekor yang baru terjadi pada 15 Agustus dan menjadi titik tertinggi baru sejak 11 April 2013. Tepatnya, harga emas spot tembus US$ 1.526 per troy ounce (oz) dan emas Comex mencapai US$ 1.537/oz. 





Harga emas spot itu naik 0,82% dari posisi US$ 1.513/oz pada Jumat pekan sebelumnya sedangkan emas Comex naik lebih kencang yaitu 0,92% dari US$ 1.523/oz pada periode yang sama. 

Sementara itu, harga emas Antam turut melompat tinggi hari ini mengekor harga emas dunia, meskipun belum mencapai rekor tertinggi yang terjadi pada 16 Agustus, tepatnya menjadi Rp 716.000 per gram. Harga itu naik 1,99% dari posisi kemarin Rp 702.000 per gram. 

Berdasarkan harga Logam Mulia di butik emas Jakarta Pulo Gadung di situs logammulia hari ini (24/8/18), harga tiap batang emas Antam ukuran 100 gram yang menjadi acuan pasar melonjak menjadi Rp 71,6 juta per batang dari harga kemarin Rp 70,2 juta per batang. Setiap Sabtu, gerai dan butik emas Antam masih tetap buka hingga siang hari dan harganya masih tetap dikinikan pada akhir pekan. 

Harga emas Antman kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda. 

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga naik menjadi Rp 692.000 per gram, naik dari posisi harga buyback Rp 679.000 per gram kemarin. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut. 

Pemicunya tak lain aksi saling balas pengenaan tarif impor antara AS dengan China akhir pekan lalu. Dimana tiba-tiba China membuat kejutan dengan mengenakan tarif baru untuk produk impor dari AS. 

Pemerintah China akan menaikkan tarif impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15 Desember. 

Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember. 

Kebijakan China tersebut merupakan balasan dari kebijakan Presiden AS Donald Trump yang pada 1 Agustus lalu tiba-tiba mengumumkan akan mengenakan tarif impor sebesar 10% terhadap produk China. Nilai total produk yang dikenakan tarif senilai US$ 300 miliar dan akan diberlakukan mulai 1 September.

Sejak saat itu pemerintah China "membisu" dan hanya membalas AS dengan mendevaluasi nilai tukar yuan hingga ke level terendah lebih dari satu dekade melawan dolar AS. 

Tidak ada pernyataan yang keluar dari para pejabat China, hanya bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang konsisten mendevaluasi kurs yuan hingga ke atas 7/US$, level yang dianggap kritis, dan menguntungkan China dari sisi perdagangan international. 

Pelaku pasar memperkirakan China hanya membalas dengan mendevaluasi yuan dan tidak menaikkan tarif impor produk AS. Pemerintah Washington pun berusaha memperbaiki keadaan dengan menunda kenaikan tarif impor beberapa produk dari China yang sejatinya berlaku 1 September nanti. Bahkan ada beberapa produk yang batal dikenakan tarif impor. 


Rupanya, China tak terima diperlakukan Trump demikian dan keluarlah kebijakan tarif produk AS tersebut pada Jumat (23/08/2019). T

Tak lama berselang, lewat akun twitter-nya, Trump membalas kebijakan China tersebut. Dalam akun twiternya Trump mengatakan akan mengenakan tambahan bea masuk atas produk China senilai US$ 250 miliar menjadi 30% dari sebelumnya 25%, mulai berlaku efektif 1 Oktober. 

Lalu untuk produk yang nilai US$300 miliar, bea masuknya akan dinaikkan menjadi 15% dari sebelumnya 10%.

Dalam serangkaian cuitannya, orang nomor 1 di AS tersebut mengatakan, dia akan meningkatkan tekanan terhadap China sebagai bagian dari tujuannya yang telah lama dipegang untuk memaksa Negeri Tirai Bambu tersebut mengubah apa yang disebutnya praktik perdagangan tidak adil. 

Trump telah memberikan lebih banyak serangan dalam perang perdagangan saat ia mencari kesepakatan perdagangan besar-besaran dengan China, bahkan ketika tarif mengancam pertumbuhan ekonomi global.

"Sedihnya, pemerintahan sebelumnya telah memungkinkan China untuk bergerak jauh dari perdagangan yang adil dan seimbang. Sehingga, telah menjadi beban besar bagi Wajib Pajak Amerika," ia mentweet pada Jumat. "Sebagai Presiden, saya tidak bisa lagi membiarkan ini terjadi!"

Secara teknikal, sebenarnya hingga perdagangan Jumat pagi harga emas masih cenderung stagnan.

Belum ada perubahan signifikan pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), tetapi masih di atas MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram sudah memasuki area negatif, memberikan gambaran momentum penguatan yang mulai memudar. 

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8 dan MA 21, dan MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan di dalam wilayah jenuh jual (oversold). 

Harga emas kembali bergerak di bawah level US$ 1.496, selama tertahan di bawah level tersebut emas berpotensi turun ke area US$ 1.490. 

Sebagai antisipasi penurunan tajam emas, support selanjutnya jika US$ 1.490 ditembus adalah area US$ 1.486. Jika support tersebut juga dilewati, logam mulai ini akan turun semakin dalam menuju level US$ 1.479. 
Indikator stochastic yang berada di wilayah oversold memberikan peluang rebound ke level US$ 1.500.

Sumber: cnbcindonesia
PT Rifan Financindo 

No comments:

Post a Comment